Rektor Pujangga
Salah satu rektor ITB terdahulu hobinya baca puisi di wisudaan atau penerimaan mahasiswa baru. Kalimat puisinya yang paling mudah diingat mengandung kata: "...ulir-ulir integral..." dan "ganesha muda". Tapi itu belum semua... baca puisinya sambil diiringi dengan lagu Hymne ITB oleh pianisnya PSM-ITB.
Awalnya kegiatan iring-mengiringi rektor baca puisi itu hanya dilakukan ketika penerimaan mahasiswa baru, dan aku selalu punya alasan untuk menghindar. Sampai pada suatu wisudaan di awal tahun 2001, aku lagi duduk di kursi piano, menunggu pidato rektor selesai. Biasanya setelah pidato rektor selesai, PSM-ITB menyanyikan lagu Hymne ITB. Sembari membalik-balik naskah pidato, aku terkantuk-kantuk. Tiba-tiba dari belakang: "Dik... dik... nanti kalo pak rektor baca puisi, main ya.."
Apa? Apa...?? Karena mepet banget dan gak berdaya untuk berkelit, akhirnya... setelah pak rektor membacakan judul puisinya... jreng-jreng-jreng... aku memainkan intro Hymne ITB. Kedengarannya dia agak kaget, maklum... tidak seperti puisi penerimaan mahasiswa baru, puisi wisudaan belum pernah diiringi dengan piano. Tapi karena dia rektor, dia mesti bisa improvisasi dunk... malahan jadi terdengar semakin bersemangat, sementara aku tetep bermain tanpa perasaan, karena masih sebel-sebel terpaksa. Hehehe...
Sejak hari itu, sampe dengan pak rektor yang itu lepas jabatan, pembacaan puisi selalu diiringi dengan piano. Dan para pianis pun harus paying attention to ulir-ulir integral...
Rektor Selebritis
Setelah pak rektor pujangga melepaskan jabatannya, diganti dengan pak rektor selebritis. Mengapa selebritis? Karena dia suka dadah-dadah seperti ratu Inggris waktu masuk ruangan.
Waktu lagi gladi resik wisudaanku, pak rektor masuk dengan gaya ratu Inggris-nya. Kemudian pak rektor mulai bercerita macem-macem di atas podium pada para calon wisudawan. Dari jauh, aku melihat pak Hardi, ahli stem piano langganan PSM-ITB, masuk ke auditorium dan mulai ngutak-ngatik piano Sammick-nya Sabuga. Aku pun menghampiri pak Hardi.
Grand piano Sammick-nya Sasana Budaya Ganesha pertama kali digunakan pada wisudaan Februari 1999. Sejak saat itu, piano itu gak pernah distem. Ketika aku wisudaan (Oktober 2002), aku mengusulkan untuk menyetem piano itu.
Waktu kuhampiri, pak Hardi berkeluh kesah tentang keadaan piano Sabuga yang ancur-ancuran itu. Fisiknya doang yang masih berkilauan, tapi stiker Sammick-nya yang ada di dalam soundboard aja sudah terkletek. Belum lagi stemannya yang udah gak karuan. Terus dia tanya: kapan terakhir di-stem?
Dengan polosnya aku menjawab: Waktu pertama kali datang mungkin ya pak. Abis gak ada yang peduli. :-(
Pak Hardi pun bercerita bahwa waktu piano itu baru datang, dia dipanggil oleh ITB malam-malam, untuk menyetem piano itu. Dia ditemani oleh seorang bapak dari protokoler ITB. Terus dia melihat bapak-bapak yang lagi cerita di atas podium rektor. Tiba-tiba pak Hardi nunjuk: Lha, itu dia bapak yang waktu itu nemenin saya nyetem piano!!
WWHHAAATT?? Aku (dengan ragu-ragu): Loh pak, itu rektor kita yang sekarang... tapi kalo tahun 1999, memang belum jadi rektor sih pak. Gantian pak Hardi yang terbengong-bengong: Rektor?!? Jadi yang nungguin saya itu sekarang dah jadi rektor?
Ya... Suatu hari bapak itu nungguin stem piano malam-malam... ternyata 3 tahun kemudian dia sudah jadi rektor. Sekarang malah sudah jadi... -sensor-... Siapa yang sangka??
Kenangan Piano Sammick
Ternyata... dari sebuah piano Sammick yang sering disumpahin oleh para pianisnya itu, banyak kenangan yang dapat diceritakan, termasuk tentang rektor ITB.
Aku sendiri... meskipun termasuk salah satu yang suka nyumpahin, sekarang aku merindukannya. Yang kurindukan bukan pianonya, tapi sensasi berada di depan piano itu. Karena... ketika berada di depan piano itu, ada saat-saat tertentu ketika semua orang bergantung pada si pianis.
Contohnya gini... Senat Institut Teknologi Bandung sudah siap memasuki ruangan auditorium. Bapak-bapak dan ibu-ibu guru besar dengan toga-toganya itu sudah baris rapi di lobinya Sabuga. MC sudah mengumumkan kehadiran rombongan senat. Tapi... kalo si pianis gak memainkan intro Mars ITB... apa yang terjadi? Blom pernah ada yang nyoba sih. Yang jelas... senat harus masuk ke ruangan dengan diiringi lagu Mars ITB, dan PSM-ITB gak akan nyanyi Mars ITB sebelum intro lagu dimainkan. Kesimpulannya... jangan memasang orang yang isengnya kelewatan buat jadi pianis Mars ITB.
Selain itu... berada di depan piano itu melambangkan masa-masa sebelum masuk ke "dunia nyata"...
Monday, April 30, 2007
Piano dan Rektor ITB
Posted by KITA! at 11:27 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment